Kabarpublic.com – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kerukunan umat beragama di Indonesia merupakan potensi besar yang menjadi contoh berharga bagi masyarakat dunia.
Menurut Nasaruddin, keberagaman Indonesia yang stabil secara politik dan ekonominya, meski dihuni oleh berbagai kelompok agama dan budaya, mencerminkan nilai tersendiri yang belum banyak dipromosikan ke kancah internasional.
“Kita adalah salah satu negara paling besar, paling plural, tapi paling stabil dari segi politiknya,” Menag di Jakarta, Selasa (29/10).
‘Insya Allah, dengan berbagai catatannya juga dari segi perekonomian, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk negara Islam. Kita adalah negara dengan populasi umat Islam terbesar kedua di dunia setelah Pakistan,” sambungnya.
Nasaruddin menambahkan bahwa pola hidup beragama di Indonesia yang sangat toleran bisa menjadi “kontributor paling bagus untuk diperkenalkan,” mengingat stabilitas dan harmoni keberagamaan yang telah dicapai.
Banyak pemimpin dan tokoh dari luar negeri, lanjut Nasaruddin, datang untuk mempelajari bagaimana Indonesia berhasil menjaga kerukunan umat beragama di tengah keberagaman budaya, luasnya wilayah, serta ribuan pulau yang ada.
“Mereka ingin mendapatkan pelajaran bagaimana Indonesia, dengan umat beragama begitu banyak dan kultur yang begitu kompleks, bisa tetap kompak,” katanya.
Menag Nasaruddin juga menjelaskan bahwa situasi keberagamaan Indonesia menjadi salah satu “jendela” untuk mengenal wajah bangsa.
Menurutnya, keberhasilan dalam menjaga dan mengelola keberagamaan memberikan kontribusi besar pada pencitraan positif Indonesia di mata dunia.
“Kita juga tidak bisa membangun bangsa ini jika situasinya tidak dalam keadaan tenang. Maka dari itu, peranan Kementerian Agama sangat penting,” tegasnya.
lanjut Nasaruddin, kerja Kementerian Agama, lebih berfokus pada pembinaan hati dan spiritual umat agar tidak ada jarak antara ajaran agama dan laku hidup masyarakat.
Ia juga menekankan bahwa keberagamaan tidak sekadar dinilai dari formalitas, melainkan dari filosofi ajaran setiap agama dan penerapannya dalam kehidupan umat.
“Semakin berjarak antara pemeluk dengan ajaran agamanya, maka itu adalah masalah. Tantangan kami di Kemenag adalah menciptakan jarak yang lebih dekat antara ajaran agama dan pemeluknya,” pungkasnya.