Kabarpublic.com – Proyek tambang emas Awak Mas yang dikelola oleh PT Masmindo Dwi Area (MDA) mulai menunjukkan kemajuan signifikan.
Memasuki fase konstruksi, perusahaan ini menargetkan mulai produksi pada tahun 2026, dan kini tengah fokus membangun infrastruktur pendukung serta menjalankan program sosial di wilayah lingkar tambang.
Akses Jalan Tuntas, Alat Berat Dimobilisasi
Salah satu tonggak penting adalah selesainya pembangunan akses jalan milik Pemda Luwu menuju lokasi tambang di Kecamatan Latimojong.
Jalan ini akan menjadi jalur utama pengangkutan logistik dan mobilitas alat berat, yang kini mulai digeser ke area proyek.
“Proyek ini kami rancang tidak hanya dari sisi teknis pertambangan, tetapi juga memperhatikan keterlibatan dan dampak positif bagi masyarakat,” ujar Mustafa Ibrahim, Kepala Teknik Tambang PT MDA.
Program Sosial: Dari Gizi Hingga Mitigasi Bencana
Meski belum berproduksi, PT MDA telah menjalankan berbagai program sosial. Salah satunya adalah Program Makan Siang Bergizi (MBG) yang diinisiasi pemerintah pusat. Sejak awal 2025, MBG telah diterapkan di dua sekolah di desa lingkar tambang.
“Meskipun baru dua sekolah, manfaatnya sudah terasa bagi siswa kami,” kata Andi Palanggi, Kepala Dinas Pendidikan Luwu.
Program ini dilaksanakan bersama Koperasi Sipaktuo, koperasi yang dibentuk dari kelompok tani binaan PT MDA.
Bahan pangan untuk program ini pun dipasok oleh petani lokal, menciptakan efek ganda pada ekonomi desa.
“Melibatkan petani lokal dalam rantai suplai adalah bentuk nyata pemberdayaan ekonomi,” jelas Rahimullah, Kepala Dinas Koperasi dan Perindustrian Luwu.
Desa Tangguh Bencana: Sinergi Swasta dan Akademisi
Dalam bidang ketahanan lingkungan, PT MDA juga menjalankan Program Desa Tangguh Bencana (Destana), bekerja sama dengan Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) dan Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Program ini meliputi pelatihan mitigasi bencana, simulasi evakuasi, dan pengenalan greenhouse sebagai bentuk adaptasi pertanian berkelanjutan.
“Kontribusi swasta seperti ini sangat membantu, apalagi di tengah keterbatasan anggaran daerah,” ujar Andi Baso Tenriesa, Kepala Pelaksana BPBD Luwu.
Hasil riset dari UNHAS, yang dipresentasikan Maret 2025, kini dijadikan acuan oleh Pemda Luwu dalam merancang kebijakan penanggulangan bencana berbasis data dan risiko aktual.
Komitmen Lokal dan Data Kemiskinan
Dalam tahap konstruksi, PT MDA telah melibatkan kontraktor lokal seperti PT Puma Jaya Utama, PT Alonzo Trimulya, dan CV Belia Persada.
Perusahaan juga membentuk koperasi khusus untuk menyuplai bahan pangan proyek, seluruhnya dari petani Latimojong.
Hal ini menjadi angin segar bagi Luwu, yang berdasarkan data BPS per Maret 2024, tercatat sebagai salah satu dari lima kabupaten termiskin di Sulawesi Selatan, dengan tingkat kemiskinan 11,70% (sekitar 44.240 jiwa) dan pengangguran 1,14% (sekitar 8.212 jiwa).
“Kami percaya keberadaan proyek ini harus selaras dengan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Bukan hanya soal emas, tapi tentang menciptakan masa depan yang lebih baik,” tutup Mustafa Ibrahim.
Harapan Masyarakat: Investasi yang Memberi Solusi
Masyarakat Luwu berharap kehadiran PT MDA tak hanya menjadi motor investasi tambang, namun juga solusi nyata terhadap tantangan ekonomi dan sosial di daerah.
Dari pemberdayaan petani, pendidikan anak-anak, hingga penguatan ketahanan bencana, PT MDA dinilai telah memulai langkah strategis menuju pembangunan inklusif dan berkelanjutan.
“Kalau begini modelnya, tambang bukan lagi sekadar industri, tapi bagian dari pembangunan desa,” ujar salah satu warga Latimojong. (*)