DaerahEkobisNewsPilihan Editor

Gula Semut Kian Populer di Luwu, KPH Latimojong Dorong Produk Lokal Unggulan

199
×

Gula Semut Kian Populer di Luwu, KPH Latimojong Dorong Produk Lokal Unggulan

Sebarkan artikel ini

Kabarpublic.com- Produk gula semut kini kian menjamur di Kabupaten Luwu, menjadi komoditas unggulan baru yang dikembangkan oleh sejumlah Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Latimojong.

Dengan memanfaatkan potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK), para petani mulai beralih dari menjual bahan mentah menjadi produsen produk olahan bernilai ekonomi tinggi.

Inisiatif ini berkembang melalui pelatihan yang difasilitasi oleh pendamping kehutanan, LC Ismail Ishak.

Para petani dari berbagai desa dibekali keterampilan mengolah nira aren menjadi gula semut, sehingga mereka semakin termotivasi untuk mengembangkan usaha berbasis potensi lokal.

Baca juga:  Inflasi di Kota Palopo Meningkat Jelang Natal dan Tahun Baru

“Saat ini, sudah beberapa kelompok yang aktif memproduksi gula semut setiap minggunya. Permintaan pasar juga mulai meningkat, bahkan beberapa warung kopi di Belopa kini rutin menjadi pelanggan,” ujar Ismail.

Salah satu produk unggulan yang menyita perhatian adalah Gula Semut “GulATa” dari KTH Buntu Tobo, Desa Tampumia, Kecamatan Bupon. Produk ini dikemas secara higienis dalam ukuran 1.000 gram, telah bersertifikat halal, dan diklaim 100% alami.

Selain digunakan sebagai pemanis sehat, GulATa juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan seperti mencegah anemia, menambah energi, serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Baca juga:  Terbukti Dukung Paslon, Bawaslu Luwu Timur Pecat Anggota Panwascam

Tak hanya di pasar rumah tangga, gula semut juga menembus dunia kuliner lokal.

Warkop Topoka, salah satu warung kopi ternama di Kota Belopa, telah menjadi pelanggan tetap dan menggunakan gula semut sebagai campuran kopi khas mereka.

“Kami memilih gula semut karena rasanya lebih alami dan aman untuk kesehatan pelanggan. Sekaligus mendukung produk lokal,” kata pengelola Warkop Topoka.

Kehadiran produk seperti GulATa mencerminkan transformasi ekonomi desa yang perlahan meninggalkan ketergantungan pada bahan mentah, menuju pengolahan produk bernilai tambah.

Baca juga:  16 Desa di Luwu Masih Terisolir Akibat Longsor dan Banjir Bandang

Upaya ini tak hanya mengangkat perekonomian lokal, tetapi juga menjadi contoh nyata pengelolaan hutan yang lestari dan berpihak pada masyarakat.

KPH Latimojong dan para pendamping kehutanan berharap dukungan dari berbagai pihak terus mengalir baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun pasar lokal untuk mempercepat pengembangan industri gula semut di Luwu, demi kesejahteraan petani dan kelestarian hutan. (**)