Kabarpublic.com – Pasangan Calon Walikota dan wakil Walikota Palopo, Farid Kasim Judas – Nurhaeni mencatatkan elektabilitas tertinggi (19,3%) dibandingkan dengan tiga pasangan calon lainnya yang hampir pasti bertarung di Pilwalkot Palopo 2024.
Namun angka elektabilitas FKJ-Nur tidak jauh beda dari pasangan Rahmat Masri Bandaso – Andi Tenrikarta (17,9%), kemudian disusul pasangan Putri Dakka – Haidir Basir (9,7%), dan di posisi paling buncit adalah pasangan Trisal Tahir – Akhmad Syarifuddin (7,8%).
Sedangkan responden yang tidak mau menjawab/rahasia (2,8%) serta tidak tahu/belum punya pilihan (42,5%), serta yang belum mantap dengan pilihannya sebesar (56,0%).
Survei itu dilakukan Persepsi Syndicate, 1-6 Agustus 2024, yang menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 400 responden dengan margin of error +/- 4,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Kemudian pada segmen kemantapan pilihan, pasangan Rahmat Masri Bandaso – Andi Tenrikarta unggul dibandingkan pasangan lainnya, yakni 14,3% atau ada 3,6% belum mantap dengan pilihannya.
Lalu di posisi kedua yakni pasangan Farid Kasim Judas – Nurhaeni (13,8%) atau sekitar (5,5%) belum mantap dengan pilihannya.
Kemudian pasangan Putri Dakka – Haidir Basir (7,5%) atau sekitar (2,2%) belum mantap dengan pilihannya, dan pasangan Trisal Tahir – Akhmad Syarifuddin (5,6%) atau sekitar (2,2%) masih bisa beralih pilihan.
“Survei ini menunjukkan, dari sisi kemantapan pilihan, hanya 44,4% pemilih yang sudah tidak bisa bergeser dari pilihannya saat ini, atau masih ada 56,0% yang bisa diperebutkan 4 paslon,” jelas Direktur Utama Persepsi Syndicate, Mudatsir Rasid, dalam rilisnya, Minggu 18 Agustus 2024.
Ia juga menjelaskan temuan survei ini menunjukkan elektabilitas 4 pasangan calon walikota dan wakil walikota masih di bawah 30%.
Dengan undecided voters 42,3% masih cukup besar pemilih yang belum menentukan pilihannya.
“Artinya, satu sampai dua bulan kedepan, elektabilitas 4 pasangan calon masih berpotensi naik setelah pendaftaran di KPU, dan kemungkinan bisa saja mengalami stagnan jika pola komunikasi dan sosialisasi masih monoton, tanpa ada terobosan inovatif yang dilakukan,” terangnya. (*/Fikri)