Kabarpublic.com – Banjir kembali melanda dua kecamatan di Kabupaten Luwu, yakni Kecamatan Suli dan Suli Barat, merendam ratusan rumah warga, fasilitas umum, serta lahan pertanian.
Bencana ini dipicu oleh tingginya curah hujan yang terjadi secara intens, serta sedimentasi sungai yang belum tertangani dengan baik.
Bupati Luwu, H. Patahudding, melaporkan langsung kondisi terkini kepada Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, dalam pertemuan yang berlangsung di Warkop Topoka Belopa, Senin (14/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa banjir besar tersebut terjadi pada Minggu malam (13/4), mengakibatkan kerusakan dan gangguan aktivitas warga.
“Mohon izin Pak Gubernur, wilayah kami di Suli dan Suli Barat kembali diterjang banjir. Ratusan rumah terendam, termasuk rumah ibadah, sarana kesehatan, sekolah, hingga lahan persawahan dan perkebunan milik warga,” ujar Bupati Patahudding.
Ia juga menyampaikan bahwa peristiwa serupa bukan kali pertama terjadi. Banjir dengan skala yang hampir sama sebelumnya juga melanda kawasan tersebut pada awal Mei 2024.
“Curah hujan ekstrem dan sedimentasi di Sungai Suli menjadi penyebab utama. Hal ini perlu penanganan serius,” tambahnya.
Menanggapi laporan tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menyatakan keprihatinannya dan menegaskan komitmennya untuk segera menindaklanjuti masalah ini.
“Untuk banjir di Kecamatan Suli dan Suli Barat, kami pastikan akan memberikan perhatian serius. Ini sudah kejadian berulang, dan perlu langkah konkret ke depannya,” ucap Gubernur Andi Sudirman.
Ia menambahkan bahwa Pemprov Sulsel akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyebab banjir, termasuk pendangkalan sungai dan aktivitas pembukaan lahan yang diduga turut memperparah kondisi lingkungan.
“Kami akan evaluasi secara menyeluruh, termasuk laporan yang menyebut adanya sedimentasi Sungai Suli serta pembukaan tutupan lahan, baik yang legal maupun ilegal,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pemprov Sulsel akan memanggil sejumlah perusahaan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Luwu, terutama yang bergerak di sektor pertambangan, untuk mengkaji kembali dampak lingkungan dari aktivitas mereka.
“Bencana ini bukan hanya soal alam, tapi juga soal dampak dari kerusakan lingkungan. Kita ingin tahu sejauh mana Amdal dan tanggung jawab perusahaan terhadap kondisi ini,” tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Luwu, Kariadi, mengungkapkan bahwa banjir berdampak pada sejumlah desa dan kelurahan di dua kecamatan tersebut.
“Kecamatan yang terdampak di Suli Barat antara lain Desa Salubua, Desa Muhajirin, Kelurahan Lindajang, Desa Buntu Barana, dan Desa Kaili.
Sementara di Kecamatan Suli, banjir berdampak di Kelurahan Suli, Murante, Desa Buntu Kunyi, dan Desa Lempopacci,” jelas Kariadi.
Ia menyebutkan bahwa curah hujan tinggi sejak petang hingga tengah malam menyebabkan meluapnya air sungai yang merendam sejumlah wilayah dengan tinggi muka air (TMA) berkisar antara 50 hingga 150 cm.
Kondisi ini juga menyebabkan kemacetan di Jalan Poros Provinsi serta terganggunya aktivitas warga.
“Banjir kali ini merendam pemukiman, jalan desa, jalan poros provinsi, sawah, dan perkebunan. Selain itu, arus lalu lintas sempat terganggu akibat genangan air di beberapa titik,” ujarnya.
Diperkirakan sekitar 300 unit rumah di Kecamatan Suli Barat dan 500 unit rumah di Kecamatan Suli terdampak banjir.
Selain pemukiman, banjir juga merendam fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, serta infrastruktur umum lainnya.
“Sebagian warga di Kelurahan Murante bahkan terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman,” tambah Kariadi.
BPBD Kabupaten Luwu bersama instansi terkait saat ini tengah melakukan kajian cepat untuk penanganan pasca-banjir dan berkoordinasi dengan pemerintah desa serta kecamatan setempat.
Meski air di sebagian besar wilayah telah surut, beberapa titik seperti Kelurahan Suli dan Desa Buntu Kunyi masih tergenang.
Penanganan banjir ini melibatkan sejumlah instansi seperti TNI/Polri, TRC BPBD Luwu, Dinas Damkar dan Penyelamatan, PMI Kabupaten Luwu, serta aparat desa dan warga setempat. (*)