Daerah

Tarian Kolosal Datu’ Patimang Meriahkan STQH XXIII Sulsel

63
×

Tarian Kolosal Datu’ Patimang Meriahkan STQH XXIII Sulsel

Sebarkan artikel ini
Tarian Kolosal Datu’ Patimang

Kabarpublic.com – Di tengah curah hujan yang begitu deras menghunjam bumi, sekumpulan penari berjumlah ribuan orang itu melakukan atraksi tarian yang memukau para penonton, peserta dan tamu undangan yang hadir pada pembukaan ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) XXIII tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, Ahad (13/4/2025), di Lapangan Tamsis, Masamba.

Angin yang berhembus kencang, air yang jatuh deras ke tanah, serta kilatan petir yang menyala membelah langit, tak membuat para penari ini berhenti menciptakan ketakjuban.

Makin kencang angin berhembus, makin deras air hujan menghunjam bumi, makin indah pula gerakan penari yang diperagakan para siswa dan siswi se-Kabupaten Luwu Utara tersebut.

Baca juga:  Hadapi Penilaian IGA Awards, Bapperida Luwu Utara Gandeng Tim Pelaksana Warkop Indah

Gerakan tarian yang kemudian diberi nama sebagai “Tarian Kolosal Datu Pattimang” ini betul-betul membuat penonton terkesima.

Sebagai pembuka tirai STQH XXIII Sulsel, tarian ini menjadi penghangat di tengah dinginnya cuaca malam itu.

Standing ovation pun seakan menjadi penahbis betapa indahnya gerakan para penari dalam atraksi tarian kolosal tersebut.

Salah seorang penonton yang menyaksikan pembukaan STQH XXIII Sulsel via layar YouTube, Basri Andang, melontarkan pujian bernada heroik.

“Luar biasa semangat para penari kolosal Datu’ Patimang dari kalangan pelajar se-Luwu Utara. Di tengah kucuran hujan, mereka tetap tampil dengan pertunjukan terbaiknya,” tulisnya via pesan WhatsApp yang diterima media ini.

Baca juga:  KPU Palopo Segera Laksanakan Pilkada Ulang, Tahapan Awal Pendaftaran Calon

Menurut dia, penampilan hebat para penari tersebut wajib diapresiasi semua kalangan. Karena mereka sudah memberikan yang terbaik.

Di tengah kondisi hujan, mereka malah tidak berhenti memberikan decak kagum yang membuat penonton terkesima. “Jiwa patriotik perlu diapresiasi. Saluuut!,” tulis Basri lagi.

Diketahui, gerakan tarian kolosal Datu’ Pattimang ini menggambarkan ritual-ritual kepercayaan orang-orang terdahulu sebelum agama Islam masuk ke wilayah Tana Luwu.

Dalam tarian kolosal ini, para penari membentuk pola konfigurasi yang menyerupai kubah masjid. Bentuk masjid menggambarkan tentang adanya masjid, sekaligus penanda diterimanya Islam di wilayah Tana Luwu.

Baca juga:  Si Gesit Laju untuk Pengembangan Sawit Berkelanjutan di Luwu Utara

Masjid ini kemudian yang dikenal sebagai masjid Jami Tua yang sekarang letaknya berada di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun koreografer dari tarian kolosal ini adalah Perkaseda Kabupaten Luwu Utara, dengan Penata Kostum Sanggar Seni Bunga Masamba. (*)