Kabarpublic.com – Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan signifikan pada April 2025.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, NTP bulan tersebut tercatat sebesar 121,64, turun 1,96 persen dibandingkan Maret 2025.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,90 persen, sementara indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) justru mengalami kenaikan 1,08 persen.
“Penurunan It terjadi pada empat subsektor utama, yaitu tanaman pangan sebesar 0,50 persen, hortikultura 2,67 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,59 persen, dan peternakan 1,30 persen,” ujar Aryanto dalam keterangannya, Senin (5/5).
Beberapa komoditas yang paling berpengaruh terhadap penurunan indeks harga yang diterima petani di antaranya kelapa sawit, kakao (biji cokelat), jagung, serta bawang merah. Turunnya harga komoditas ini menekan pendapatan petani di berbagai wilayah Sulsel.
Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayarkan petani terjadi di seluruh subsektor pertanian.
Kenaikan ini dipicu oleh berbagai kebutuhan produksi dan konsumsi petani yang ikut naik, termasuk: Tanaman pangan naik 1,07 persen, Hortikultura 0,84 persen, Perkebunan rakyat 1,32 persen, Peternakan 0,98 persen, Perikanan 0,74 persen
“Beberapa komoditas yang menyumbang kenaikan Ib adalah tarif listrik, sigaret kretek mesin, leyang (alat pertanian), dan ongkos angkut,” tambah Aryanto.
Tidak hanya NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) juga mencatat pelemahan.
Pada April 2025, NTUP Sulsel berada di angka 125,99, atau turun 1,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan NTUP dipicu oleh turunnya It sebesar 0,90 persen dan kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,35 persen.
Faktor pendorong BPPBM antara lain peningkatan ongkos angkut, upah panen, dan biaya tenaga kerja pertanian lainnya.
Tren penurunan NTP dan NTUP ini mencerminkan menurunnya tingkat kesejahteraan dan efisiensi usaha petani, di tengah tekanan harga hasil panen yang turun serta meningkatnya biaya hidup dan produksi. (**)