LUWU, KABARPUBLIC.COM – Warga Desa Buntu Sarek, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu yang terisolir akibat banjir bandang dan longsor memilih berjalan kaki untuk menuju posko pengungsian.
Sekitar 10 warga Buntu sarek milih mengungsi dengan belajar kali, lantaran helikopter evakuasi tidak bisa mendarat diwilayahnya.
Untuk sampai di Posko Pengungsian mereka harus menempuh perjalanan hingga puluhan kilometer hingga berjam-jam.
Ebi warga Buntu Sarek menceritakan jika dirinya bersama warga lainnya mengungsi dengan berjalan kaki dari wilayah ke posko pengungsian.
“Dari Desa Buntu Sarek, jalan kaki tadi sama 10 warga lainnya,” kata Ebi, kepada wartawan, Rabu (8/5/2024).
Ebi menjelaskan jika wilayah sudah terisolasi selama 6 hari akibat longsor dan banjir yang melanda Kabupaten Luwu beberapa hari lalu.
Bahkan mereka memilih mengungsikan dirinya lantaran keterbatasan kebutuhan warga sudah tidak mencukupi.
“Penerangan lilin sudah tidak ada. Banyak anak kecil yang sangat membutuhkan susu, untuk itu kita terpaksa jalan kaki saja untuk sampai ke posko pengungsian,” jelasnnya.
Dia menyebut jika dirinya sudah enam hari tidak bisa keluar akibat desahnya terisolasi. Maka dari itu warga memilih jalan kaki untuk ke Desa Kadundung.
“Nanti sampai di Kadundung baru petugas bawa kami di posko pengungsian,” ungkapnya.
Ia bersama warga lainnya sampai di Posko Pengungsian setelah menempuh perjalanan di kurang lebih 35 kilo meter (Km) dengan berjalan kaki.
“Kira-kira sekitar 35 Km jaraknya. Warga mulai jalan sekitar jam 8 pagi sampai jam 2 siang, baru sampai di Posko Pengungsian,” ucapnya.
Diketahui jika 12 desa di Kecamatan Latimojong yang terisolir akibat tanah longsor, baru satu desa yakni Desa Kadundung yang aksesnya sudah bisa terbuka.
Untuk membuka akses jalan yang terisolir, tim dari PUPR dibantu TNI dan Polri terus berupaya memindahkan material longsor dari badan jalan penghubung antar desa. (*)